BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Idhul Fitri merupakan hari
raya bagi umat islam. Dan merupakan hari kemenangan, kemenangan dari hawa nafsu
setelah kita melaksanakan puasa ramadhan. Sebelum merayakan hari kemenangan,
kita melaksanakan puasa selama satu bulan penuh. Di bulan yang penuh berkah ini,
kita hendaknya memperbanyak amal shaleh seperti saling berbagi, saling
membantu, dan saling memberi.
Di desa Kaliombo, masyarakat
sangat antusias menyambut hari raya Idhul Fitri. Sebelum hari raya Idhul Fitri
tiba, masyarakat telah mempersipakan segala kebutuhan yang berkaitan dengan
Idhul Fitri seperti makanan, kue, pakaian dan lain-lain. Manusia adalah mahluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Manusia tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat Kaliombo yang terdiri dari
individu-individu yang berbeda latar belakang sosial dan ekonominya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya juga saling ketergantungan satu sama lain. Menjelang
Idhul Fitri, kebutuhan seseorang akan meningkat dan mendesak untuk segera
dipenuhi. Untuk menghadapi keadaan seperti ini setiap individu saling membantu
satu dengan yang lain dengan cara pertukaran. Menurut Cook (1973:823) pertukaran
merupakan konsep yang berhubungan dengan sosok-sosok tentang pengubahan barang
atau jasa tertentu dari individu-individu atau kelompok-kelompok, dan
pengubahan ini dilakukan dengan cara memindahkan barang atau jasa kepada
individu-individu atau kelompok-kelompok lain guna mendapatkan barang atau jasa
yang dibutuhkan. Sehingga di desa Kaliombo satu minggu sebelum Idhul fitri,
Ibu-Ibu memasak masakan yang akan diberikan kepada kerabat dan tetangganya.
Masakan tersebut didalamnya terdapat nasi, telur, sayuran dan lain-lain.
Kegiatan membagi-bagikan atau memberikan makanan kepada orang lain di desa
Kaliombo dikenal dengan sebutan “weweh”. Kegiatan seperti ini sudah puluhan
tahun dilaksanakan yaitu setiap setahun sekali menjelang Idhul Fitri. Kegiatan tersebut telah menjadi tradisi maasyarakat setempat.
B. Permasalahan.
Dari latar belakang tersebut,
terdapat beberapa permasalahan antara lain :
1.Bagaimana pandangan masyarakat Kaliombo tentang
weweh ?
2.Apa saja manfaat weweh bagi masyarakat Kaliombo
?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pandangan masyarakat Kaliombo tentang weweh.
Desa
Kaliombo terletak di Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Sebagian besar
masyarakat masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Dan sebagian yang
lain bekerja sebagai buruh pabrik, padagang, wiraswata dan PNS. Seluruh
masyarakat atau penduduk desa Kaliombo beragama Islam. Aktivitas keagamaan di
desa ini berjalan dengan baik. Hal ini ditunjang dengan keberadaan fasilitas
keagamaan seperti Mushola yang berjumlah enam buah, dan sebuah Masjid. Seluruh
aktivitas dan perilaku masyarakat didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma
agama.
Di
desa kaliombo terdapat suatu tradisi masyarakat yang telah berlangsung lama
yang dilaksanakan masyarakat menjelang Idhul Fitri. Tradisi ini dikenal dengan
nama “weweh”yaitu setiap keluarga memberiakn makanan berupa nasi, telur, dan
lauk pauk kepada tetangga dan kerabat. Hampir seluruh masyarakat melakukan
kegiatan tersebut. Sehingga saling terjadi pertukaran barang (makanan) diantara
masyarakat. Ada masyarakat yang bertindak sebagai pemberi dan ada yang sebagai
penerima. Dalam Antropologi Ekonomi kegiatan masyarakat tersebut disebut
resiprositas, yaitu pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok.
Menurut Polanyi (1968:10) resiprositas adalah rasa timbal balik (resiprokal)
sangat besar yang difasilitasi oleh bentuk simetri institusional, ciri utama
organisasi orang-orang yang terpelajar.
Di
masyarakat Kaliombo, tradisi weweh ini dilakukan oleh siapapun, tidak memandang
seseorang itu mempunyai kedudukan atau jabatan, seseorang itu mempunyai
kekayaan dan lain sebagainya. Buruh memberikan makanan (weweh) kepada sang
majikan. Begitu juga sebaliknya seorang majikan memberikan makanan (weweh)
kepada buruh (bawahan). Kegiatan atau tradisi ini dapat berlangsung karena
diantara masyarakat terdapat hubungan simetris. Hubungan simetris yaitu
hubungan sosial, dengan masing-masing pihak menempatkan diri dalam kedudukan
dan peranan yang sama ketika proses pertukaran berlangsung. Masyarakat desa
yang mempunyai karakteristik tersendiri seperti gotong royong, kekeluargaan,
hubungan intim atau hubungan personel yang kuat akan menunjang resiprositas
yang terdapat di masyarakat.
Keberadaan
resiprositas juga ditunjang oleh stuktur masyarakat yang egaliter (Halperin dan
Dow,1978:122), yaitu ditandai oleh
rendahnya tingkat stratifikasi sosial, sedangkan kekuatan politik relative
terdistribusi merata dikalangan warganya. Stuktur masyarakat yang egaliter ini
memberi kemudahan bagi warganya untuk menempatkan diri dalam kategori sosial
yang sama ketika mengadakan kontrak resiprositas. Masyarakat Kaliombo yang
sebagian besar bermatapencaharian sebagiai petani, menunjukkan tingkat ekonomi
masyarakat relative sama. Sehingga stratifikasi sosial di desa Kaliombo rendah.
Tradisi
weweh yang dilakukan oleh masyarakat Kaliombo setiap setahun satu kali ini merupakan
resiprositas yang relativ pendek. Dikatakan pendek karena proses tukar menukar barang
atau jasa dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Hal ini
dapat dilihat bahwa tradisi weweh dilaksanakan selam bulan ramadhan dan
mencapai puncaknya pada saat tujuh hari sebelum lebaran. Biasanya ketika suatu
keluarga diberi weweh oleh keluarga lain, maka keluarga tersebut akan membalas
memberikan weweh kepada keluarga yang memberi itu pada saat itu juga ataupun selang
satu atau dua hari sesudahnya.
Masyarakat
Kaliombo memandang tradisi weweh ada beberapa pandangan :
- Bahwa tradisi weweh merupakan bagian dari shodaqoh. Bagi masyarakat Kaliombo yang mayoritas beragama islam, weweh merupakan salah satu bentuk pemberian dari seseorang kepada orang lain. Tujuan utama dari pemberian itu adalah mendapat pahala, bukan untuk mendapatkan penghargaan atau sanjungan dari orang lain. Hal ini disesuaikan dengan momen (waktu) ramadhan. Dengan berbuat baik kepada orang lain dengan cara memberi akan meringankan beban hidup orang lain.
- Sebagian masyarakat memandang tradisi weweh merupakan resiprositas umum, dimana individu atau kelompok memberikan barang atau jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembaliannya. Disini masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan saling memberi, dan percaya bahwa barang atau jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan waktunya. System resiprositas umum biasanya berlaku dilapangan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat (Swartz dan Jordan, 1976 : 477-478). Di Kaliombo weweh diberikan kepada kerabat baik kerabat dekat maupun kerabat jauh yang masih mempunyai hubungan keluarga (genetis). Sedangkan weweh yang diberikan kepada tetangga atau teman itu mempunyai makna simbolik dari hubungan kesetiakawanan atau cinta kasih. Resiprositas yang digunakkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah resiprositas simbolik. Menurut Arnold Rose (dalam buku Ritzer, 2003:54) manusia berada dalam lingkungan simbol-simbol memberikan tanggapan terhadap symbol itu yang berupa fisik. Manusia memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan simbol-simbol secara verbal melalui pemakaian bahasa serta memahami makna dibalik simbol.
- Sebagian masyarakat yang lain memandang tradisi weweh merupakan bentuk resiprositas sebanding. Orang memberikan weweh kepada orang lain mengharapkan balasan dengan barang atau jasa yang sebanding. Seseorang tetap berharap apa yang diberikan kepada orang lain akan kembali lagi. Dengan kata lain individu-individu yang terlibat dalam resiprositas tersebut tidak mau rugi. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok yang melakukan pertukaran bukan sebagai satu unit sosial, melainkan sebagai unit-unit sosial yang otonom.
Menurut Ritzer, jika seseorang
membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi tidak dapat memberikan apapun yang
sebanding sebagai tukarannya, maka akan tersedia empat kemungkinan.
1) Orang itu dapat memaksa orang lain untuk
membantunya
2) Orang itu mencari sumber lain untuk
memnuhi kebutuhannya
3) Orang itu terus bergaul dengan baik tanpa
mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang lain.
4) Orang itu menundukkan diri terhadap orang
lain dan dengan demikian memberikan orang lain itu penghargaan yang sama dalam
hubungan antar mereka.
2. Manfaat weweh bagi masyarakat desa Kaliombo
Tradisi
weweh yang merupakan bentuk resiprositas yang berada di desa memberikan
beberapa manfaat bagi masyarakat antara lain.
- Weweh merupakan suatu bentuk bantuan dari seseorang kepada orang lain dalam rangka memnuhi kebutuhan hidupnya.
- Weweh merupakan salah satu bentuk sedekah yang akan memberikan manfaat bagi yang memberi dan orang yang diberi.
- Membina solidaritas sosial dan menjamin kebutuhan ekonomi sekaligus mengurangi resiko kehilanag yang dipertukarkan.
- Bagi orang yang memberi weweh, akan meningkatkan status atau kedudukan orang tersebut di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Tradisi weweh merupakan
salah satu bentuk resiprositas
2. Masyarakat kaliombo
memandang weweh sebagai sedekah, resiprositas umum
dan resiprositas
sebanding.
3.Tradisi weweh di desa Kaliombo mempunyai berbagai manfaat bagi
Masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar