Luthfi Story
Kamis, 22 Agustus 2013
Wirid dalam rangka untuk mengingat ALLAH SWT
Dengan mengingat Allah, hati kita akan menjadi tenteram. Wirid merupakan salah satu bentuk dari dzikir, yang tujuannya adalah untuk mengingat Allah. Dibawah ini adalah bacaan wirid pendek, yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Subhaanallaahi wabihamdih, 100x sehari. Kalau kita baca tasbih: subhaanallaahi wabihamdih (maha suci Allah, dan segala puji bagi-Nya) 100x, maka, dosa kita akan dihapus oleh Allah SWT. Sedangkan yg bikin kita di antaranya, jadi sulit rizki, susah hidup, banyak bala, banyak masalah, penyakitan, miskin, adalah dosa.
Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Baca ini wirid. Sehari 100x dah. Atau 300x. Anti galau, he he he. Anti susah. Hajat juga gampang kekabulnya. Nama lain wirid ini: Hawqolah. Melambangkan ketidakberdayaan di hadapan Allah. Bagus untuk nenangin pikiran, perasaan, menghilangkan ketakutan, kepenatan.
Ucapan astaghfirullah, juga merupakan amalan wirid, manfaatnya yaitu sebanyak apapun dosa insyaalah akan diampuni olehNYa. biasain baca. Sekurang2nya 70 apa 100x gitu sehari.
Amalan atau wirid yang terakhir yakni shalawat, fadhilahnya atau keutamaannya banyak banget. Shalawat ini amalan Allah dan para malaikat. Ya, Allah dan para malaikat, bershalawat kepada Nabi Muhammad. MasyaAllah kan? Luar biasa. Kita kalo mau sukses, nyontoh yang dilakukan orang-orang sukses. Nah ini, lebih daripada amalan orang sukses. Ini amalannya Allah dan para malaikat-Nya! Ga tanggung2 kan? Amalin dah. Shalawat juga sekurang2nya 100x. Jangan pelit2. Shalawat yang paling ringan: Allaahumma shallii 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali Sayyidinaa Muhammad. Disiplinin juga ngamalinnya.
Semoga amalan tau wirid wirid diatas bisa didawamin oleh semua orang yang membaca tulisan saya ini karena banyak manfaatnya bagi kehidupan kita. Aamiiin (Luthfi Noor)
Rabu, 21 Agustus 2013
Kupatan di AIR TERJUN MONTEL Kudus
Kupatan merupakan salah satu tradisi Jawa yang berlangsung satu Minggu setelah hari raya Idul Fitri. Dinamakan kupatan karena sebagian besar masyarakat jawa membuat kupat (ketupat) pada hari raya ke-8.
Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal dan daerah-daerah yang lain terutama Pantura. Karena di hari kupatan (hari ke-8 bulan syawal) masyarakat Kudus, Jepara dan sekitar merayakan kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus, pantai Kartini dan Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih menjadi tempat favorit untuk menghabiskan hari raya kupatan.
Luthfi dan teman teman SD N 01 dan 02 angkatan 1994 berencana melaksanakan Kupatan di Kudus dengan tujuan Gunung Muria. Tujuan yang pertama yaitu Makam Sunan Muria, ditempat tersebut Luthfi Cs berziarah ke makam sunan Muria. setelah selesai ziarah tujuan berikutnya adalah air terjun Montel.
Terletak di lereng Gunung Muria Kabupaaten Kudus nama "Montel" berasal. Sebuah air terjun di pegunungan muria yang mengalir pada sungai "kali gelis".
Montel merupakan objek wisata air terjun yang menjadi sasaran pengunjung di Kudus selain dari menara kudus. Tempat yang masih asri membuat montel nyaman di kunjungi, banyak pepohon dan batu besar disana.
Biasanya pengunjung Montel Muria adalah orang-orang yang berasal dari makam sunan muria, karena selain montel pada Gunung Muria disana juga terdapat makam Syeikh Raden Umar Sa'id (Sunan Muria).
Di Montel kita akan menjumpai air tiga rasa, tak jarang pengunjung membawa botol plastik untuk membawa pulang, namun ada juga pengunjung yang langsung minum dari mata air. Selain itu kita juga disungguhi pemandangan indah kabupaten Kudus.
Jangklong adalah buah tangan yang tak pernah lupa dibeli saat berada di Gunung Muria, merupakan sebuah umbi khas dari muria yang mempunyai rasa manis. Namun dibalik kayanya gunung muria tersimpan kepiluan. Tempat yang terawat dan sedikitnya fasilitas disana membuat objek wisata ini kurang nyaman. (Luthfi Noor)
Senin, 19 Agustus 2013
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang didengung-dengungkan oleh pemerintah sejak
beberapa tahun kebelakangan ini sejatinya adalah harapan yang diimpikan
oleh siapapun juga warga nusantara.
Sejak Ki Hajar Dewantoro bahkan tokoh-tokoh kemerdekaan sebelum beliau, sampai Founding Father bangsa Indonesia Sukarno yang mencanangkan Nation and Character Building, sehinggalah pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudoyono yang ingin melihat dan membuktikan klaim bahwa kita adalah bangsa yang mendaku (Mendakwa dan mengaku): Bangsa yang beragama, sopan santun, ramah tamah, tekun, berbudi dan berbudaya adi luhung.
Bangsa Indonesia yang kita harapkan bersama, bukanlah bangsa yang angkuh, kasar, nggak jelas (random), biadab, tak berbudi dan tak berbudaya (uncivilized), maupun sebutan-sebutan lain yang semakna dengan itu.
Kita bangga bahwa Nusantara sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia sejak berabad-abad lamanya sejak mereka menyebut Srivijaya dan Swarna Dwipa, maupun Majapahit dan Jawa Dwipa, nenek moyang kita dahulu meninggalkan kepada kita warisan-warisan yang luhur sehingga bangsa-bangsa mengenalnya sampai sekarang.
Sejak dulu pula bangsa kita dikenal karena karakter dan sifat serta kepribadiannya, persis seperti yang dikatakan oleh penyair terkenal Mesir Ahmad Syauqi dalam bait syairnya: Sesungguhnya keberadaan suatu bangsa (dikenal oleh bangsa-bangsa lain) ditentukan oleh karakter/akhlaknya, jika karakter/akhlaknya hilang, maka lenyaplah keberadaan bangsa tersebut.
Pertanyaannya, bagaimanakah kalau kita melihat yang ada dilapangan adalah berbeda dan sudah berubah dari kondisi ideal bangsa kita ? Penulis cenderung melihat bahwa ini adalah gejala menyimpang (anomaly) dari hasil pendidikan yang kita lakukan dan kita harapkan selama ini.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih menghasilkan kepada output yang sekuler materialistis dibandingkan dengan output yang berkarakter/berakhlak mulia.
Oleh karenanya pencanangan pendidikan karakter yang digagas dan dibangkitkan kembali oleh pemerintah sudah sepatutnya kita sebagai warga pendidik maupun warga masyarakat secara umum wajib untuk mendukung dan mensukseskannya.
Lebih-lebih momentum itu bertepatan dengan semangat hari pendidikan nasional yang sedang kita peringati sekarang-sekarang ini.
Sumber Pendidikan Karakter
Banyak yang mengatakan sebenarnya muatan utama dalam pendidikan karakter adalah sama ketika kita menyebutnya dengan berbagai macam variasi sebutan, diantaranya: etika, moral dan susila.
Padahal kalau kita mau menelusuri dan mencari sumbernya, ternyata akan berbeda. Dan penulis lebih suka untuk memilih akhlak sebagai padanan untuk pendidikan karakter yang kita inginkan dalam wacana dunia pendidikan kita.
Secara ringkas bisa dijelaskan, pengertian Etika; berasal dari Yunani: Ilmu yang mengajarkan tentang baik dan buruk tentang adat kebiasaan dan tingkah laku manusia. Moral;berasal dari bahasa Latin:Tentang kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik dan buruk.
Susila; berasal dari bahasa Sansekerta: Su artinya baik dan Sila artinya prinsip, dasar atau aturan, yaitu; Kehidupan manusia yang sesuai dengan norma aturan yang baik. Intinya dari ketiga istilah tersebut, muaranya adalah kepada kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk.
Agak sedikit berbeda dengan akhlak yang bersumber dari Islam dan Arab. Ibnu Maskawaih dalam Tahdzibul Akhlak mendefinisikan akhlak: Keadaan jiwa yang mengajak seseorang kepada suatu perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh al-Ghozali dalam Ihya' Ulumuddinnya, yang mengatakan: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Dari pengertian diatas ada sedikit perbedaan, kalau etika, moral dan susila diberikan definisinya dengan perkataan baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian akhlak, Ibnu Maskawaih dan al-Ghozali tidak mencantumkan baik dan buruk, tapi sebaliknya lebih menjelaskan kepada sifat atau kepribadian.
Bagi penulis, perbedaan ini disebabkan karena sumbernya yang berbeda. Kelompok etika, moral dan susila menekankan pengertiannya dengan baik dan buruk, karena menurut falsafah mereka, sesuatu yang disebut baik atau buruk itu sumber penilainnya adalah manusia, akal, hati dan masyarakat (tradisi kebiasaan).
Jadi, tidak universal dan tidak ada kepastian apakah itu baik atau buruk. Bisa jadi di Eropa sesuatu perilaku dinilai baik, belum tentu di Asia perilaku itu baik, tergantung manusia dan bahkan kepentingannya. Contoh mudahnya, mungkin baik bagi Amerika membombardir Iraq atau Afghanistan, bagi bangsa-bangsa yang lain belum tentu baik.
Lain halnya dengan akhlak, yang didefinisikan cenderung kepada sifat, perangai atau kepribadian. Ini mendekati kepada pengertian karakter yaitu jati diri seseorang sebagaimana yang diberikan oleh suparlan (www.suparlan.com) ketika mengutip makna karakter dari (www.educationplanner.org): character is the sum of all the qualities that make you who you are.
Tidak disebutkannya dalam pengertian itu baik dan buruk, karena akhlak sumber nilainnya jelas dan universal.
Dalam khazanah ajaran Agama Islam, penilaian baik buruk itu sumbernya adalah al-Quran dan al-Hadits, Allah Tuhan yang menciptakan manusia dan Rosulullah Muhammad SAW manusia pilihan yang Akhlaknya dipuji oleh Allah:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak (berkarakter) mulia nan agung. (QS al-Qalam:4), serta manusia yang diutus untuk mendidik akhlak manusia sebagaimana bunyi hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan (mendidik) akhlak manusia.
Sejak Ki Hajar Dewantoro bahkan tokoh-tokoh kemerdekaan sebelum beliau, sampai Founding Father bangsa Indonesia Sukarno yang mencanangkan Nation and Character Building, sehinggalah pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudoyono yang ingin melihat dan membuktikan klaim bahwa kita adalah bangsa yang mendaku (Mendakwa dan mengaku): Bangsa yang beragama, sopan santun, ramah tamah, tekun, berbudi dan berbudaya adi luhung.
Bangsa Indonesia yang kita harapkan bersama, bukanlah bangsa yang angkuh, kasar, nggak jelas (random), biadab, tak berbudi dan tak berbudaya (uncivilized), maupun sebutan-sebutan lain yang semakna dengan itu.
Kita bangga bahwa Nusantara sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia sejak berabad-abad lamanya sejak mereka menyebut Srivijaya dan Swarna Dwipa, maupun Majapahit dan Jawa Dwipa, nenek moyang kita dahulu meninggalkan kepada kita warisan-warisan yang luhur sehingga bangsa-bangsa mengenalnya sampai sekarang.
Sejak dulu pula bangsa kita dikenal karena karakter dan sifat serta kepribadiannya, persis seperti yang dikatakan oleh penyair terkenal Mesir Ahmad Syauqi dalam bait syairnya: Sesungguhnya keberadaan suatu bangsa (dikenal oleh bangsa-bangsa lain) ditentukan oleh karakter/akhlaknya, jika karakter/akhlaknya hilang, maka lenyaplah keberadaan bangsa tersebut.
Pertanyaannya, bagaimanakah kalau kita melihat yang ada dilapangan adalah berbeda dan sudah berubah dari kondisi ideal bangsa kita ? Penulis cenderung melihat bahwa ini adalah gejala menyimpang (anomaly) dari hasil pendidikan yang kita lakukan dan kita harapkan selama ini.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih menghasilkan kepada output yang sekuler materialistis dibandingkan dengan output yang berkarakter/berakhlak mulia.
Oleh karenanya pencanangan pendidikan karakter yang digagas dan dibangkitkan kembali oleh pemerintah sudah sepatutnya kita sebagai warga pendidik maupun warga masyarakat secara umum wajib untuk mendukung dan mensukseskannya.
Lebih-lebih momentum itu bertepatan dengan semangat hari pendidikan nasional yang sedang kita peringati sekarang-sekarang ini.
Sumber Pendidikan Karakter
Banyak yang mengatakan sebenarnya muatan utama dalam pendidikan karakter adalah sama ketika kita menyebutnya dengan berbagai macam variasi sebutan, diantaranya: etika, moral dan susila.
Padahal kalau kita mau menelusuri dan mencari sumbernya, ternyata akan berbeda. Dan penulis lebih suka untuk memilih akhlak sebagai padanan untuk pendidikan karakter yang kita inginkan dalam wacana dunia pendidikan kita.
Secara ringkas bisa dijelaskan, pengertian Etika; berasal dari Yunani: Ilmu yang mengajarkan tentang baik dan buruk tentang adat kebiasaan dan tingkah laku manusia. Moral;berasal dari bahasa Latin:Tentang kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik dan buruk.
Susila; berasal dari bahasa Sansekerta: Su artinya baik dan Sila artinya prinsip, dasar atau aturan, yaitu; Kehidupan manusia yang sesuai dengan norma aturan yang baik. Intinya dari ketiga istilah tersebut, muaranya adalah kepada kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk.
Agak sedikit berbeda dengan akhlak yang bersumber dari Islam dan Arab. Ibnu Maskawaih dalam Tahdzibul Akhlak mendefinisikan akhlak: Keadaan jiwa yang mengajak seseorang kepada suatu perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh al-Ghozali dalam Ihya' Ulumuddinnya, yang mengatakan: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Dari pengertian diatas ada sedikit perbedaan, kalau etika, moral dan susila diberikan definisinya dengan perkataan baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian akhlak, Ibnu Maskawaih dan al-Ghozali tidak mencantumkan baik dan buruk, tapi sebaliknya lebih menjelaskan kepada sifat atau kepribadian.
Bagi penulis, perbedaan ini disebabkan karena sumbernya yang berbeda. Kelompok etika, moral dan susila menekankan pengertiannya dengan baik dan buruk, karena menurut falsafah mereka, sesuatu yang disebut baik atau buruk itu sumber penilainnya adalah manusia, akal, hati dan masyarakat (tradisi kebiasaan).
Jadi, tidak universal dan tidak ada kepastian apakah itu baik atau buruk. Bisa jadi di Eropa sesuatu perilaku dinilai baik, belum tentu di Asia perilaku itu baik, tergantung manusia dan bahkan kepentingannya. Contoh mudahnya, mungkin baik bagi Amerika membombardir Iraq atau Afghanistan, bagi bangsa-bangsa yang lain belum tentu baik.
Lain halnya dengan akhlak, yang didefinisikan cenderung kepada sifat, perangai atau kepribadian. Ini mendekati kepada pengertian karakter yaitu jati diri seseorang sebagaimana yang diberikan oleh suparlan (www.suparlan.com) ketika mengutip makna karakter dari (www.educationplanner.org): character is the sum of all the qualities that make you who you are.
Tidak disebutkannya dalam pengertian itu baik dan buruk, karena akhlak sumber nilainnya jelas dan universal.
Dalam khazanah ajaran Agama Islam, penilaian baik buruk itu sumbernya adalah al-Quran dan al-Hadits, Allah Tuhan yang menciptakan manusia dan Rosulullah Muhammad SAW manusia pilihan yang Akhlaknya dipuji oleh Allah:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak (berkarakter) mulia nan agung. (QS al-Qalam:4), serta manusia yang diutus untuk mendidik akhlak manusia sebagaimana bunyi hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan (mendidik) akhlak manusia.
Makna Kemerdekaan dalam Kaca Mata Sosiologi
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Setiap bulan ini bangsa Indonesia merayakan sebuah peristiwa yang sangat bersejarah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai hari ini bangsa Indonesia telah menikmati alam kemerdekaan selama 62 tahun dan telah mengisinya dengan berbagai aktifitas sebagaimana diamanatkan oleh pendiri bangsa ini.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya, maka perhatian dan penghormatan pada para pahlawan juga telah menjadi tradisi yang hidup pada bangsa besar Indonesia. Bahkan dari waktu ke waktu lingkup kepahlawanan ini pun telah diperluas. Ada pahlawan nasional, ada pahlawan kemerdekaan, ada pula pahlawan Revolusi. Penghargaan kepada para pahlawan bukanlah dalam bentuk pengkultusan individu tertentu, tetapi wujud rasa hormat kepada individu yang telah memperlihatkan pengabdian, pengorbanan, serta jasa tanpa pamrih bagi kejayaan nusa dan bangsa yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan berbagai aktifitas pembangunan yang didasari oleh semangat dan karakter kepahlawanan. Esensi dari karakter kepahlawanan adalah kerelaan untuk berbuat sesuatu yang ditujukan untuk mencapai cita-cita besar bangsanya diiringi dengan kesediaan untuk mempertaruhkan jiwa dan raga untuk menuju keadilan soial.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya, maka perhatian dan penghormatan pada para pahlawan juga telah menjadi tradisi yang hidup pada bangsa besar Indonesia. Bahkan dari waktu ke waktu lingkup kepahlawanan ini pun telah diperluas. Ada pahlawan nasional, ada pahlawan kemerdekaan, ada pula pahlawan Revolusi. Penghargaan kepada para pahlawan bukanlah dalam bentuk pengkultusan individu tertentu, tetapi wujud rasa hormat kepada individu yang telah memperlihatkan pengabdian, pengorbanan, serta jasa tanpa pamrih bagi kejayaan nusa dan bangsa yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan berbagai aktifitas pembangunan yang didasari oleh semangat dan karakter kepahlawanan. Esensi dari karakter kepahlawanan adalah kerelaan untuk berbuat sesuatu yang ditujukan untuk mencapai cita-cita besar bangsanya diiringi dengan kesediaan untuk mempertaruhkan jiwa dan raga untuk menuju keadilan soial.
Dan saat ini sebagai generasi penerus bangsa, hanya tinggal menikmati dan mengisi kemerdekaan ini
dengan apa yang sudah didapatkan dalam arti menjadi orang yang tangguh, bekerja keras, ikhlas, jujur, cerdas,
bermanfaat untuk keluarga, lingkungan dan menjadi pemuda pemudi harapan bangsa sehingga yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kegiatan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial diarahkan terutama kepada dua sasaran pokok : pertama,
membantu merehabilitir angggota-anggota masyarakat yang terlambat
kesanggupannya baik jasmaniah, kejiwaan maupun sosial dan memberikan
latihan-latihan yang diperlukan, agar mereka dapat menjadi anggota
masyarakat yang layak serta dapat
turut berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan. Kedua, mendorong
berkembangnya kesadaran dam, kemampuan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan, sehingga diharap kan makin meningkatnya usaha
membangun oleh masyarakat sendiri.
DIRGAHAYU INDONESIA, HUT RI yang ke-68
MERDEKA
Kamis, 01 November 2012
Muhammad sebagai Uswatun Khasanah
Seorang
muslim yang sejati adalah apabila ia telah menjadikan Nabi Muhammad SAW
sebagai idola dalam hidupnya. Kita ikuti sikap dan tindak-tanduknya,
demikian pula filsafat hidupnya harus diteladani.
1.
Pertama
: Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat.
"Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah
menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain".
Jika
ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati
pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan
masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu,
ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat,
dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika
tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan
agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya
segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan
kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya
ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya
kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau
masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya
sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah
keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi
filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang
lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk
memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan
ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya
orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus
mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri.
Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya
sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak
dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh
pekerjaannya.
Oleh
karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan
suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini
sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai
upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap
hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah
seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah
ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal
itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut
termasuk orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah
dari pekerjaannya.
Yang
namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an
saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa
dengan niat Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk
diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau
kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
2.
Kedua :
Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya : "Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya".
Sudah
barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek
masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga
mengatakan,"Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya
tapi jelek perbuatannya".
Jadi
sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja,
supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak
terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya
panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara
orang ragu, bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum
lahir? Pernyataan ini memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha
Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :
Secara
lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup
teratur, makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga
yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:
1.
Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan
Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun
untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil
sangat mungkin umurnya pendek.
2.
Kedua : Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati
kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan
sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara
para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah
misalnya 60 tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62
tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang
bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umurnya
tetap tapi kualitas dari umur itu yang bertambah.
3.
Ketiga
: Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang
artinya : "Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya
lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau
kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya,
etos kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang
tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup
Rasulullah yang ketiga adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas
hidup".
Pernyataan Rasul yang kedua :
Yang artinya: "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi".
Jika
amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak
naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang
merugi.
Sementara
orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak
merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur,
uban sudah bertabu, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat
dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak
bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya :
Yang
artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari
hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah".
Oleh
karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni
tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam,
kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita
tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4.
Keempat
: Rasul pernah ditanya : "Wahai Rasulullah! Suami
dan isteri yang paling baik itu bagaimana? Rasul menjawab : "Suami yang
paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap
isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar,
tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati dan
menghargai isterinya.
Sebab
ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan
isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian
termasuk suami yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak.
Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu suami yang kasar terhadap
isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah yang bisa memuliakan
kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela
kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat
berpesan: "Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu". Diulangnya tiga
kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang
suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar
biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh
sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang isteri. Demikian
juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
5.
Kelima
: Rasul pernah ditanya, "Wahai Rasulullah! Orang
yang benar itu yang bagaimana? Rasul menjawab,"Apabila dia berbuat salah
segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para
filosof mengatakan, "Orang yang benar adalah bukan orang yang tak
pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang
sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila
terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi
perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau
salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi
kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi
benar menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari
pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat
beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi
setelah bertaubat menjadi orang yang baik, kembali ke jalan yang benar.
Orang yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal,
orang yang baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu
jarang.
Kesalahan
yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah.
Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam
kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah
kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi
kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah
kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai
pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut
untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang
yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang
artinya: "Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit
ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima
oleh Allah".
6.
Keenam
: Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang
artinya : "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah
melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak
ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh
miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya
menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
7.
Ketujuh
: Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai
Rasul! Si pulan itu orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada
dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a.
Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, "Apakah orang itu punya
keluarga?" Sahabat menjawab, "Punya Ya Rasul". Kata Rasul : "Orang
tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi
disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah. Sampai
Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan
urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Rabu, 10 Oktober 2012
Menumbuhkan Kreativitas Seseorang
Dalam Kehidupan masa sekarang yang begitu kompleks seseorang dituntut untuk bekerja keras dalam memenuhi kehidupan hidup sehari-hari. Bekerja keras dengan hanya mengandalkan tenaga saja tidaklah cukup untuk menghasilkan uang atau pendapatan kita. Perlu upaya atau pemikiran kreatif agar kita bisa mendapatkan atau melakukan suatu pekerjaan dengan hasil yang maksimal tanpa memforsir tenaga kita.
KREATIVITAS
Berpikir kreatif
yaitu usaha seseorang untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode
pemecahan masalah model baru/beberapa metode pemecahan
Rahasia kreativitas :
terletak pada kemampuan untuk membuat suatu hubungan atau asosiasi antara
bebrapa ide-ide atau obyek-obyek secara bebas
Ciri-ciri kegiatan
yang bersifat kreatif.
1.
Ide/metode pemecahan yang diciptakan bersifat baru(belum ada sebelumnya)segar,
menarik, mengejutkan.
2.
Ide tersebut lebih praktis, memperlancar penyelesaian masalah, mendidik,
mengurangi kesulitan, hasil >banyak
3.
Ide/metoda tersebut dapat dimengerti artinya dan dapat digunakan dilain waktu.
Ciri-ciri orang
kreatif
1. Memiliki kelincahan berpikir kesegala arah.. Kemampuan untuk menghubungkan antara ide-ide /gagasan.
Mampu melihat masalah dari berbagai arah.
2.
Kemampuan Fleksibel. Dalam mecahkan maslah tidak terpaku satu cara
pemecahan/pandangan cukup luwes dan dapat menyesuaiakan dengan kondisi
kemungkinan yang ada
Kkemampuan berpikir
orisinil yaitu kemampuan untuk menghasilakan ide/gagasan atau pemecahan yang
jarang (mengejutkan)
Cara agar seorang
menjadi kreatif
1.
Mempersempit masalah yaitu berusaha mencari inti dari permasalahan
2.
Konsentrasi terhadap masalah yang dihadapi
3.
Berusaha denganm gigih/ulet untuk mencari ide pemecahan masalahnya
4.
Mempertahankan (disimpan ide barunya) dan dipergunakan pada saat membutuhkan
5.
Tumbuhkan rasa percaya diri bahwa nada bisa mendapatkan ide untuk memecahkan
masalah
6.
Manfaatkan pikiran tidak sadar ; istirahat/tidur
7.
Mermbiarkan ide-ide mengalir pada saat sedang bersemangat untuk menyelesaikan
masalah
8.
Mengambil tindakan praktis seabagai upaya pemecahan masalah.
Hal-hal yang perlu
dihindari dalam membangun kreativitas.
1.
Bersikap pesimis, tidak yakin dengan ide yang disampaikan . Mengatasinya
mengubah yang lebih optimis
2.
Bersikap takut akan kegagalan. Mengatasinya bersikap lebih berani untuk
mengambil suatu pertimbangan dan resiko yang akan terjadi
3.
Memiliki rasa tegang yang berkepanjangan dan berlebihan. Mengatasinya dengan
mencoba melakukan berbagaiketegangan dengan diskusi
4.
Terlalu kaku atau taat mengikuti peraturan. Cara mengatasinya melakukan hal-hal
yang berbeda daripada kebiasaan rutin dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
harus dipertahankan.
5.
Membuat asumsi berdasarkan gejala-gejala yang nampak . Mengatasinya yaitu
dengan menghindari permasalahn yang keliru dengan meninjau kembali
asumsi-asumsi yang telah terbuat.
6.
Merasa dirinya tidak kreatif.
Semoga ringkasan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. by RCM(Republik Colombo Management)
Jumat, 28 September 2012
PERSEBARAN KESENIAN UKIR DI JAWA TENGAH
Carving art is one
element of culture. This art is owned by every province in Indonesia, one of
them is Central Java. Some of area that have carving potential are Semarang,
Klaten, Sukoharjo, Kudus, Rembang, Blora, Sragen, and Jepara. Jepara’s carving
art is the most popular carving art of others because it has good quality and
special characteristic.Jepara is the centre of carving art in Central Java.
Spread pattern of this art is dot form. This pattern is caused by development
of knowledge and technology about carving, transportation tools, and natural
resources which easy to get.
Kata Kunci : Art, Carving, Culture.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang majemuk, yang memiliki beraneka
ragam bahasa, suku bangsa, agama, ras dan budaya. Kebudayaan daerah di seluruh
wilayah Indonesia merupakan cikal bakal lahirnya kebudayaan nasional.
Keanekaragaman kebudayaan daerah akan memperkaya khasanah
budaya Indonesia, untuk
mengembangkan dan mengangkat citra bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan
keseluruhan system gagasan, tindakan, hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaranigrat, 1990 : 180). Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian.
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan
keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu 1) seni rupa, atau
kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata, dan 2) seni suara, atau
kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Dalam lapangan seni rupa
ada seni patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis serta gambar, dan
seni rias. Seni suara ada seni vocal, seni instrumental dan seni sastra. Dalam
hal ini, yang akan kita fokuskan adalah seni ukir. Seni Ukir merupakan gubahan dari
bentuk-bentuk visual yang dalam
pengolahannya mempunyai sifat kruwikan (Jawa) dengan susunan
yang harmonis, sehingga memikiki nilai estetis. Seni ukir
diwujudkan melalui bahan kayu, logam,
gading , batu
dan bahan-bahan lain yang memungkinkan untuk dikerjakan. Adapun bentuk-bentuk gubahan tersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang, awan, air, manusia, dsb. Kerajinan Ukir adalah barang-barang ukiran atau hiasan
yang dihasilkan oleh seseorang yang dalam perwujudannya
memerlukan ketekunan, keterampilan, dan perasaan seni dengan
cara di toreh
/ dipahat di atas kayu, batu,
logam, gading, dsb. Sedangkan yang
dimaksud dengan kerajinan ukir kayu adalah jenis kerajinan yang menggunakan teknik ukir pada bahan kayu
(Wikipedia).
Kesenian
ukir kayu sebagai salah satu kebudayaan daerah yang ada di Jawa Tengah harus
mampu menjadi salah satu bagian kebudayan nasional. Hal ini di karenakan ukir
kayu sebagai kesenian daerah memiliki
fungsi ekonomi dan fungsi social bagi masyarakat. Sebagai fungsi ekonomi, kita
dapat melihatnya pada kerajinan ukir di Jepara. Jepara yang terkenal sebagai
kota ukir, baik ditingkat nasional maupun internasional, mampu tumbuh menjadi
kota industri dan mempunyai pendapatan yang besar dari kerajinan ukirnya yang
dapat mendorong ekonomi masyarakat. Begitu juga dengan fungsi sosialnya. Kesenian ukir di Jawa tengah ini, dapat dikaji melalui pendekatan pola
keruangan (spatial pattern analysis), dimana kita dapat mengetahui bagaimana karakteristik
kesenian ukir di Jawa Tengah dan juga dapat mengetahui bagaimana pola persebaran kesenian ukir di Jawa Tengah ?
PEMBAHASANA. Karakteristik Ukiran
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian
cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu
gambar yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir
yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.
Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni
sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah
membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan lain yang
ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana.
Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan
bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan. Pada zaman yang
lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM.
Bahan untuk membuat ukiran telah mengalami perkembangan yaitu menggunakan bahan
perunggu, emas, perak dan lain sebagainya.Penggunaan bahan baru seperti itu
merupakan penemuan baru.
Dengan penemuan
baru dimaksudkan penemuan cara kerja, alat, atau prinsip-prinsip baru oleh
seseorang individu yang kemudain diterima atau dipelajari oleh anggota lain
dalam masyarakat, dan selanjutnya menjadi milik masyarakat. Secara konseptual
istilah penemuan baru menurut Murdock (1969 : 117) dibedakan dalam discovery,
invention, dan tentation.
Dalam pembuatan ukirannya
adalah menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang di gunakan pada masa zaman
perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, serta binatang
maupun manusia. Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung merapi
dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari kerinci
Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara (moko dari Alor, NTT. Motif
pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana
perunggu dari kerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari
Sumba. Nusa Tenggara, dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya.
Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan magis yang
dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia ditemukan pada nekara
dari Sangean. Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia, seni ukir
mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam bentuk desain produksi, dan
motif. Ukiran banyak ditemukan pada badan-badan candi dan prasasti-prasasti
yang di buat orang pada masa itu untuk memperingati para raja-raja. Bentuk
ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan tombak, batu
nisan, masjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan dan wayang. Motif
ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang kisah para
dewa, mitos kepahlawanan, dll. Bukti-bukti sejarah peninggalan ukiran pada
periode tersebut dapat dilihat pada relief candi Penataran di Blitar, candi
Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah. Saat sekarang ukir kayu dan logam
mengalami perkembangan pesat. Dan fungsinyapun sudah bergeser dari hal-hal yang
berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias saja. Motif-motif pada
ukiran kayu meliputi motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali,
Jepara, Madura, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang
berasal dari luar Jawa.
Motif ukiran tradisional yang ada di Jawa sangat beraneka ragam coraknya
sehingga untuk menganal satu persatu motif sangat sulit apabila kita tidak
mengetahui pola dasarnya. Untuk itu pertama-tama yang perlu diketahui adalah
corak corak perdaerah yaitu nama, bentuk dan ciri-ciri motif ukiran tersebut.
Pada umumnya motif motif ukiran yang ada dijawa dan bali selalu menggunakan
tehnik stilasi dari timbuhan-tumbuhan, binatang bahkan kadang -kadang juga
manusia.
Motif Pajajaran
Ciri – Ciri Umum
|
Semua bentuk
ukiran daun mulai dari daun pokok , dunn trubus , daun patran bunga buah dan
sebagainya berbentuk cembung (bulat)
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Majapahit
Ciri – Ciri Umum
|
Semua bentuk
ukiran daun, bunga dan buah berbentuk cembung dan cekung (Campuran).
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Bali
Ciri – Ciri Umum
|
Semua bentuk
ukiran daun, bunga dan buah berbentuk cembung dan cekung (campuran).
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Mataram
Ciri – Ciri Umum
|
Semua bentuk
ukiran daun baik daun pokok maupu daun yang kecil – kecil berbentuk cekung (
Krawingan ). Bentuk ukiran daun motif ini berbentuk patran. Pada bagian ujung
daun ada yang mempunyai ikal dan ada pula yang tidak berikal. Susunan daun
motif ini biasanya bergerombol hingga menyerupai daun alam.
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Jepara
Ciri – Ciri Umum
|
Bentuk bentuk
ukiran daun pada motif ini bentuk segitiga dan miring.
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Cirebon
Ciri – Ciri Umum
|
Bentuk ukiran
daun motif ini berbentuk cembung dan cekung (campuran). corak motif ukiran
ini ada yang berbentuk karang ada pula yang berbentuk awan , menyerupai
ukiran tiongkok . Ukiran corak ini kurang begitu dikenal , karena ukiran ini
kebanyakan hanya dipakai untuk hiasan bangunan rumah saja.
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Pekalongan
Ciri – Ciri Umum
|
Bentuk ukiran
motif pekalongan ini berbentuk cembung dan cekung (campuran) .
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Madura
Ciri – Ciri Umum
|
Pada garis
besarnya bentuk ukiran daun madura ini melengkung dan terdapat ikal pada
ujung daunnya . Pecahan cawen pada daun pokok menyerupai gergaji.
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Yogyakarta
Ciri – Ciri Umum
|
Motif Yogyakarta
terkenal dengan nama ukiran perak yogya, bentuk ini mengambil contoh dari
daun pakis .
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Surakarta
Ciri – Ciri Umum
|
Bentuk Ukiran
daun motif Surakarta diambil dari relung daun pakis yang menjalar bebas
berirama. Daun-daunnya berbentuk cembung dan cekung (campuran).
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Motif Semarangan
Ciri – Ciri Umum
|
Motif ini
mempunyai daun pokok relung dengan bentuk ukiran daun campuran cembung dan
cekung.
|
Cir – Ciri
Khusus
|
|
Sejarah kesenian ukir Jepara
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan
Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para
pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti
Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa
bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga
disebut Jawa atau Japa dan
diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin
oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.Menurut
seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”,
Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang
kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan
berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya
yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus
mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat
gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai
perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan
/Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh
penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan
kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadiri suami.
Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan
Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang
berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549. Kematian
orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan
meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah
terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun
dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU
KALINYAMAT. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara
berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani
eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah
dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena
keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat
dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan
pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan
tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang
Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara
seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya. Serangan sang Ratu yang gagah
berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000
orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini
melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di
Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan
kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar
menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak
kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia. Dua puluh empat tahun
kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada
militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan
300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang
prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima
terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”. Walaupun
akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat
juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis
takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya
Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan
Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di
sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga
sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan
utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih
Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten
Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa,
yang berada di Laut Jawa. Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa
Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah
kabupaten ini merupakan daerah pegunungan.
Lokasi sentra produksi kerajinan ukir meliputi daerah-daerah : Pecangaan, Kedung, Tahunan, Mlonggo, Jepara. Desa yang memproduksi meliputi : Pulau Darat, Kerso, Langon, Krapyak, Mantingan, Kawak, Mambak, Wonorejo, Senenan, Petekeyan, Bulungan, Pingko, Tegalsambi, Sukodono.
Lokasi sentra produksi kerajinan ukir meliputi daerah-daerah : Pecangaan, Kedung, Tahunan, Mlonggo, Jepara. Desa yang memproduksi meliputi : Pulau Darat, Kerso, Langon, Krapyak, Mantingan, Kawak, Mambak, Wonorejo, Senenan, Petekeyan, Bulungan, Pingko, Tegalsambi, Sukodono.
B. Sebaran dan
Sentra Industri Kayu
di Jawa Tengah
Furniture dari Jawa Tengah (furniture Central Java)
sudah terkenal sejak lama baik karena kualitas, seni maupun harganya yang
kompetitif. Banyak konsumen baik dalam maupun luar negeri yang memesan
furniture antik, walaupun dibuat baru atau repro furniture, namun diproses
seolah-olah merupakan produk kuno (antik).
Ada pula produk
furniture yang dibuat dari bonggol (tunggak) pohon yang dengan sentuhan-sentuhan
seni berubah menjadi produk furniture yang sangat menarik dan memiliki nilai
jual tinggi. Corak dan gaya konvensional dan modern juga berkembang pesat
bersamaan dengan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan perkantoran
dan hotel yang pembangunannya tumbuh
pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, baik di dalam maupun luar negeri. Produksi
furniture Jawa Tengah berkembang dan tumbuh pesat seiring dengan permintaan
yang meningkat dari dalam maupun luar negeri, baik desain, konstruksi, corak maupun
pewarnaannya. Sebagian besar bahan utamanya terbuat dari kayu, dan saat ini
makin bervariasi karena bahan bakunya tidak lagi semata-mata kayu jati saja,
namun mulai banyak menggunakan kayu mahoni dan jenis lain, serta bahan logam.
Sentra-sentra
produksi furniture di Jawa Tengah sendiri tersebar di Kota Semarang, Kabupaten
Jepara, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus, Kabupaten
Rembang, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Sragen. Pendekatan
keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure),
pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus,
1997). Pola persebaran kesenian ukir di
Jawa Tengah adalah kenampakan titik (point features). Dimana
masing-masing titik tadi memiliki karakteristik dan kekhasan masing-masing.
Industri furniture Jawa Tengah khususnya produk furniture
yang berasal dari Jepara memiliki keunikan-keunikan yang mengakar dari budaya
tradisional yang sekaligus menjadi daya jual ke pasar ekspor, yaitu :
(1) Motif design
dengan karakteristik ukiran/patahan,
(2) Kayu jati
sebagai bahan baku utamanya.
Selain Jepara
sebagai sentra industri furniture di Propinsi Jawa Tengah dalam skala yang
lebih kecil juga adalah di Sukoharjo, dan Semarang. Ketiga sentra industri
furniture ini cenderung berdiri sendiri-sendiri atau kurang memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Menurut Gustami (1991:46) ada beberapa permasalahan umum
pengembangan industri furniture kayu di Jepara dan Sukoharjo adalah sebagai
berikut :
1) Permasalahan
Sumber Daya Manusia
Kurang
memadainya wawasan dan visi kewirausahaan dari para pemilik dan Top
management di industri-industri furniture kayu, akibat rendahnya tingkat
pendidikan secara umum.
Lingkungan
Sosial masyarakat lebih mengutamakan proses belajar anak-anaknya secara
informal, misalnya dengan merantau ke daerah lain.
Terbatasnya
jumlah sekolah lanjutan dan tinggi di sekitar Jepara, bahkan akses terhadap
media belajar seperti toko buku pun sangat jarang.
2) Permasalahan
Sosial Budaya dan Interaksi Sosial
Pada lima
tahun terakhir resistensi masyarakat Jepara terhadap pengusaha luar negeri atau
pengusaha lain yang memiliki modal lebih besar telah muncul ke permukaan dalam
bentuk kekerasan atau hal lainnya. Padahal kenyataannya, ketergantungan
pengusaha Jepara pada (khususnya) buyer asing sangat tinggi sehingga
apabila
pengusaha-pengusaha asing ini benar-benar merelokasikan bisnisnya ke luar
Jepara, pengusaha Jepara akan mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya ke
pasar luar negeri.
Dengan tingkat
pendidikan yang tidak terlalu tinggi, budaya kerja para pengrajin Jepara sering
kali dianggap rendah.
Struktur
produsen furniture kayu di Jepara yang kebanyakan adalah industri kecil dan
menengah yang pengetahuan tentang perlindungan hukum atas desain industrinya
rendah.
Modus operandi
lain dalam pencontekan desain adalah dengan membeli furniture-furniture yang
hendak diantarkan dari pengerajin ke kolektor.
Permasalahan
Situasi Sosial Politik dan Perdagangan Nasional dan Internasional
Citra politik
nasional Negara Indonesia dimata internasional yang tidak mendukung
Pandangan
internasional terhadap stabilitas keamanan nasional, termasuk dalam hal
keamanan untuk berusaha yang hancur semenjak tahun 1997
Lemahnya citra
jajaran pemerintahan dan penegak hukum di mata pelaku usaha.
3) Permasalahan
Jaminan dan Kepastian Hukum
Tinggi dan
beragamnya pungutan resmi maupun liar yang diberlakukan kepada para pelaku
usaha
Masih belum
jelasnya aspek penegakkan hukum oleh jajaran penegak hukum atas peniruan desain
produk industri.
4) Permasalahan
Permodalan
Kendala
finansial menyebabkan pertumbuhan usaha bagi industri kecil dan rumahan
terhambat oleh ketersediaan modal baik untuk investasi maupun modal kerja.
Persoalan pertama di bidang keuangan adalah ketidak sesuaian antar penyediaan
dana dengan kebutuhan industri kecil dan rumahan. Dukungan dana yang diberikan
pemerintah dan atau perbankan tidak menggambarkan kondisi nyata aktivitas
bisnis industri kecil
dan rumahan.
Oleh karena tidak banyaknya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memanfaatkan
sumbersumber dana formal. Persoalan kedua adalah rendahnya kemampuan penilaian
terhadap industri kecil dan rumahan, ini akibat dari kurangnya pendekatan
sistematis yang dilakukan oleh lembaga keuangan dalam menilai pembiayaan
industri kecil
dan rumahan. Akibatnya, sebagian besar industri kecil dan rumahan digolongkan
sebagai kelompok usaha yang tidak layak untuk mendapatkan pendanaan dari
lembaga keuangan formal. Persoalan ketiga adalah kecenderungan memberikan
resiko yang berlebihan kepada industri kecil dan rumahan. Struktur pembiayan
dan pasar yang dianggap tidak menentu menempatkan industri kecil dan rumahan
pada posisi yang beresiko tinggi dari segi pembiayaan. Persoalan keempat adalah
tingginya biaya transaksi akibat dari terbatasnya penguasaan teknis pembiayaan
industri kecil dan rumahan. Prosedur penilaian kelayakan kredit sangat rumit
sehingga memerlukan waktu dan tenaga yang besar untuk mendapatkan kredit yang
tidak besar. Persoalan kelima adalah tidak efektifnya mekanisme monitoring dan
pengembalian pinjaman. Lembaga keuangan tidak memiliki mekanisme yang tepat
(sederhana) untuk pemantauan dan pengumpulaan
pengembalian
kredit. Persoalan keenam adalah rendahnya aksesibilitas industri kecil dan
rumahan terhadap sumber pendanaan formal. Penyebaran industri kecil dan rumahan
yang luas tidak diikuti oleh jaringan lembaga keuangan yang memadai sehingga
informasi mengenai ketersediaan sumber-sumber keuangan juga terbatas.
Termasuk di sini
adalah terbatasnyaa modal ventura bagi industri kecil dan rumahan
Persoalan
ketujuh adalah tingginya bunga bank bagi pengadaan peralatan dan fasilitas
usaha. Kondisi ini menyulitkan investasi industri kecil dan rumahan dalam
perbaikan teknologi, pengembangan produk dan peningkatan skala usaha.
SIMPULAN
Indonesia adalah Negara yang
majemuk, yang memiliki beraneka ragam bahasa, suku bangsa, agama, ras dan
budaya. Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah kesenian ukir. Kesenian
ukir di Jawa Tengah terdapat di kota Semarang, Klaten, Sukoharjo, Kudus,
Rembang, Blora, sragen dan Jepara. Dengan Jepara sebagai pusatnya, seni ukir
ini mengikuti pola persebaran yang membentuk titik.
Dimana titik-titik tersebut memiliki
karakteristik dan keunikan masing-
masing. Permasalahan yang terjadi di
Jepara dan Sukoharjo meliputi Permasalahan Sumber
Daya Manusia, Permasalahan Sosial Budaya dan Interaksi Sosial, Permasalahan
Jaminan dan Kepastian Hukum, dan Permasalahan Permodalan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Propinsi Jawa Tengah. Semarang, 2005.
Gustami. 1991. Penyebaran
Tenaga Kerja Industri Furniture Kayu di Kabupaten
Jepara. Universitas Islam Yogyakarta. Yogyakarta, Desember 1991
Joyomartono,
Mulyono. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat dalam
Pembangunan. Semarang :IKIP Semarang Press
Koentjaraningrat.
1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Yunus, Hadi sabari.
2008. Konsep dan Pendekatan Geografi “Mamaknai Hakekat
Keilmuannya”. Makalah dipresentasikan dalam seminar dan
Sarasehan :
Substansi dan
Kompetensi Geografi tahun 2008, di
Fakultas Geografi UGM
Yogyakarta, 18-
19 januari 2008.
Http://
www.indo-news.com/Subsribe.html
Langganan:
Postingan (Atom)